Sabtu, 22 November 2008

Hidup Ini Terus Berubah, Segeralah Menulis

“Perubahan selalu terjadi, maka Anda harus memindahkan cheese. Antisipasi perubahan, siaplah jika cheese dipindahkan. Semakin cepat Anda melupakan cheese lama, semakin cepat pula Anda menemukan cheese baru” (Spencer Johnson)


Spencer Johnson dalam bukunya Who Moved My Cheese? sungguh telah menggugah orang untuk memahami bahwa perubahan merupakan hal terpenting dalam hidup ini. Dia bahkan sempat mengatakan, “Jika Anda tidak berubah, Anda akan punah”. Ini sama dengan pendapat pakar marketing Hermawan Karjajaya bahwa hanya ada dua hal yang bisa mendorong kita untuk maju, yakni perubahan (changing) dan perbedaan (difference).

Dalam bukunya yang termasuk best seller tersebut, sebenarnya Johnson hanya bercerita saja. Tetapi, ceritanya sungguh punya enerji kuat yang bisa memengaruhi kehidupan seseorang. Dengan kata lain, punya enerji yang mampu merangsang dan menggerakkan orang untuk berbuat yang lain dari biasanya.

Ceritanya, ada empat tokoh yang sedang terlibat dalam pencarian cheese (keju) di sebuah Labirin. Empat tokoh itu diperankan oleh Hem (kaku), Haw (aman), Sniff (endus) dan Scurry (lacak). Hem dan Haw adalah dua kurcaci yang pintar dengan otaknya hampir seperti manusia saat ini. Sedangkan Sniff dan Scurry adalah hanya dua ekor tikus. Keempat makhluk ini dengan caranya masing-masing berkompetisi mencari cheese.

Sniff dan Scurry lebih banyak mengunakan metode trial dan error. Mereka berlari ke satu lorong, dan jika ternyata kosong, mereka akan berbalik dan mencari di lorong yang lain. Mereka ini juga mengingat lorong mana saja yang tidak menyimpan cheese dan cepat mencari lorong lain. Begitu seterusnya.

Sama seperti tikus tersebut, kedua kurcaci Hem dan Haw, juga menggunakan kemampuan berpikir dan belajar dari pengalaman mereka untuk mengembangkan sebuah metode bagaimana mencari cheese. Kadang mereka berhasil, tetapi seringkali emosi yang kuat mengaburkan cara mereka melihat suatu permasalahan. Yang jelas, dua ekor tikus dan dua kurcaci mempunyai cara masing-masing dalam mencari cheese.

Suatu hari sampailah Hem dan Haw ke sebuah cheese station C. Mereka gembira sekali. Bahkan karena senangnya, mereka memutuskan ingin menetap di daerah itu untuk membangun peradaban. Mereka sudah cukup merasa puas dengan cheese yang berlimpah-limpah di tempat itu. Karena mereka yang menemukan, stasiun itu dianggap milik mereka. Buntutnya, mereka kemudian terjebak dalam kenyamanan sehingga tidak menyadari apa yang terjadi pada diri dan sekitarnya. Mereka juga tidak memperhatikan perubahan-perubahan kecil yang terjadi setiap hari. Seolah dalam otaknya disimpulkan, cheese sudah tersedia di tempat itu selamanya.

Sementara itu, Sniff dan Scurry tetap melakukan kegiatan rutin mereka mencari cheese. Mereka tiba pagi-pagi, mengendus, mencakar, dan melacak daerah sekitar cheese station C. Mereka melihat apakah ada perubahan yang terjadi dibanding kemarin. Baru kemudian mereka memakan cheese yang didapat. Dua tikus itu sadar bahwa simpanan cheese semakin hari semakin menipis. Setelah itu mereka mencari cheese baru.

Lama kelamaan persediaan cheese di cheese station C habis juga. Hem dan Haw bingung. Mereka menganalisis, mencari sebab musabab, berdiskusi kenapa cheese-­nya habis. Mereka mengatakan ini tidak adil. Mereka berteriak-teriak, “Who moved my cheese? (siapa memindahkan keju saya?)”. Kedua kurcaci itu terlibat dalam perdebatan, tetapi mereka tidak berbuat apa-apa. Rasa takut pun kemudian muncul. Mereka terus mengomel, mengutuk dan memprotes ketidakadilan yang menimpanya. “Who moved my cheese?” kata mereka sambil kebingungan.

Sementara dua tikus itu terus bergerak cepat dan bekerja keras. Mereka termasuk makhluk yang ingin terus berubah serta tak puas dengan keadaan. Akhirnya, mereka sampai pada cheese station N yang lebih banyak cheese dengan berbagai macam bentuk, lebih lezat dan lebih baik dari pada di cheese station C. Meskipun sudah berlimpah cheese, kedua tikus itu tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. Misalnya, mereka selalu membaui cheese yang dimiliki, jangan-jangan sudah bau. Kalau sudah bau, dia akan mencari cheese yang baru lagi.

Apa yang bisa kita petik dari cerita itu? Tikus itu mau berubah, menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya tanpa terlena dengan cheese yang sudah didapat. Sementara dua kurcaci itu terlena tanpa menyadari bahwa di sekitarnya terus berubah, dan cheese-nya lambat laun akan habis pula. Dua kurcaci juga menjadi simbol makhluk yang merasa lebih baik dan cerdas dari dua ekor tikus, tetapi salah dalam mengantisipasi perubahan. Sementara dua ekor tikus dengan keluguannya, justru punya daya antisipasi lebih baik. Dengan kata lain, cerdas bukan satu-satunya jaminan kesuksesan seseorang.

Labirin (tempat dimana mereka berlomba mencari cheese) adalah sebuah perumpamaan tempat dimana Anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan apa yang diinginkan, bisa lingkungan atau pekerjaan. Sementara cheese adalah perumpamaan akan hal-hal yang kita inginkan dalam hidup ini, bisa pekerjaan, hubungan baik, uang, ketentraman batin, dan lain-lain.

Lalu bagaimana dengan menulis? Kalau Anda punya niat menulis dan tidak ditumbuhkan mulai sekarang, Anda akan tergilas oleh zaman. Anda perlu mencontoh dua tikus itu. Dengan kepolosannya, tanpa banyak omong dan berdebat dia bertindak untuk mencari cheese baru. Ini namanya tikus itu mau berubah.

Jika Anda pun sudah bisa menulis artikel tanpa mau berubah (misalnya mengasah terus kelihaian penulisan, membaca, mendengarkan) maka ibarat Anda seperti dua kurcaci itu. Anda sudah merasa nyaman dengan kemampuan menulis sekarang, sementara lingkungan sekitar Anda terus berubah. Dan banyak orang yang terus berubah pula. Kalau begini terus, suatu saat nanti, Anda baru sampai ke “stasiun C” sementara yang lainya sudah sampai ke “stasiun N”. Kenapa? Mereka mau berubah karena lingkungan sekitar itu terus berubah pula.

Maka lakukan sekarang, Anda akan berubah di suatu saat nanti. Anda perlu melihat dunia sekitar yang terus berubah. Jadi, prinsipnya adalah jangan takut berubah. Sama seperti nasihat Johnson, “Perubahan selalu terjadi, maka Anda harus memindahkan cheese. Antisipasi perubahan, siaplah jika cheese dipindahkan. Semakin cepat Anda melupakan cheese lama, semakin cepat pula Anda menemukan cheese baru”.

Jadi Anda bisa mengambil contoh dari empat makhluk yang digambarkan Spencer Johnson, Hem, Haw, Sniff atau Scurry. Hem adalah tipe orang yang menolak serta mengingkari adanya perubahan karena takut perubahan akan mendatangkan sesuatu yang buruk. Haw tipe orang yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan mendatangkan sesuatu yang lebih baik. Sniff adalah orang yang mampu mencium adanya perubahan dengan cepat. Sedangkan Scurry menggambarkan orang yang segera bergegas mengambil tindakan (ada atau tanpa ada perubahan).

Bagian manapun yang kita pilih itu, kita mempunyai ciri yang sama; kebutuhan untuk menemukan jalan dalam “labirin” dan sukses mengatasi perubahan yang kita hadapi.

Nah, berubah itu sangatlah perlu. Berubah di sini artinya juga Anda perlu mencontoh semangat dua ekor tikus yang ingin berubah dari nasib sebelumnya. Tikus itu tentu tak akan bisa menemukan stasiun cheese N kalau tidak mau berubah dan terus mencari. Kalau tidak, Anda hanya akan menjadi seperti kurcaci saja. Mereka pintar tapi tak mampu menggunakan kekuatan kepintarannya. Anda perlu mengubah nasib Anda dari tidak bisa menulis artikel menjadi bisa. Atau, kalau Anda sudah mahir jangan terlena. Perubahan di sekitar Anda sedemikian cepat. Nah sekarang, apakah Anda siap untuk berubah? Berubah sekarang atau tidak sama sekali. Jika tidak, silakan minggir sebelum Anda nanti dipinggirkan.


3 komentar:

kursus menulis mengatakan...

Artikelnya bagus sekali, bisa membangunkan minat menulis

kursus menulis mengatakan...

ini komentar tambahan: kalau mau kursus menulis, bisa dilihat di link ini nih. sori link di atas salah.

Anonim mengatakan...

Saya ingin kursus bgaimana saya mendapat informasiny